Friday, January 25, 2013

Sirah ABDULLAH BIN HUDZAFAH AS-SAHMY

Pahlawan yang kita kisahkan ini, sahabat Rasulullah SAW. bernama: ABDULLAH BIN 
HUDZAFAH AS—SAHMY. Sebelumnya sejarah melewatkannya begitu saja, seperti milyunan orang-orang ‘Arab lainnya.
Tetapi Islamlah yang kemudian menugaskan Abdullah bin Hudzhafah menemui dua orang raja
besar dunia pada zamannya, yaitu Kisra, Maharaja Persia, dan Kaisar Agung, Maharaja
Romawi. Pertemuan Abdullah dengan kedua raja dunia itu abadi dalam sejarah, dan
mewarnai perjalanan sejarah itu sèndiri.
Pertemuan Abdullah bin Hudzafah dengan Kisra, Maharaja Persia, terjadi pada tahun keenam
Hijriyah, yaitu ketika Rasulullah SAW. mulai mengembangkan Dakwah Islam ke seluruh
pelosok dunia. Ketika itu beliau berdakwah melalui surat kepada raja-raja ‘Ajam (non Arab),
mengajak mereka masuk Islam.
Rasullulah SAW. telah memperhitungkan resiko yang mungkin timbul dalam pekerjaan
penting ini. Para utusan akan diberangkatkan ke negeri-negeri. asing yang belum mereka
kenal selama ini. Mereka tidak paham bahasa negeri-negeri yang mereka tuju, belum
mengenal seluk-beluk pemerintahan, sosial, dan budayanya. Tetapi mereka harus pergi ke
sana mengajak raja-raja asing itu meninggalkan agama mereka semula dan agar mereka
menanggalkan kemegahan dan kekuasaaan mereka, untuk tunduk kepada agama Islam yang
dianut oleh suatu bangsa yang kemaren menjadi rakyat taklukan mereka.
Memang suatu tugas yang berat dan berbahaya. Pergi ke sana berarti hilang. Kalau toh bisa
kembali, berarti suatu kelahiran baru. Karena itu Rasulullah SAW. mengum pulkan para
sahabat, kemudian beliau berpidato dihadapan mereka.
Seperti biasa, mula-mula Rasulullah SAW. memuji Allah SWT. dan membaca tasyahhud.
Sesudah itu beliau berkata:
“Sesungguhnya aku telah merencanakan hendak mengirim beberapa orang di antara kalian
kepada raja raja ‘Ajam. Karena itu janganlah kalian menolak gagasan ku, seperti Bani Israil
menolak gagasan Isa bin Maryam.”
Jawab para sahabat, “Kami senantiasa siap melaksanakan segala perintah Rasulullah. Kami
bersedia dikirim ke. mana saja dihendaki Rasulullah.”
Rasulullah menunjuk enam orang sahabat untuk menyampaikan surat beliau kepada raja-raja
‘Arab dan ‘Ajam. Salah seorang di antara mereka ialah Abdullah bin Hudzafah As-Sahmy,
dipilih beliau untuk menyampaikan surat kepada Kisra Abrawiz, Maharaja Persia.
Abdullah bin Hudzafah telah menyiapkan kendaraannya untuk berangkat. Anak-anak dan
keluarganya dititipkannya kepada para sahabat. Kemudian dia berangkat ke tujuan,
mengemban tugas dan Rasulullah dengan semangat dan tanggung jawab penuh. Gunung
yang tinggi didakinya; lembah yang dalam dituruninya. Dia berjalan seorang diri, tiada
berteman selain Allah SWT.
Bersama Dakwah www.muchlisin.blogspot.com
Sirah Sahabat Abdullah bin Hudzafah As-Sahmy
Akhirnya Abdullah bin Hudzafah tiba di ibu kota Persia. Dia minta izin masuk untuk bertemu
dengan Kisra. Abdullah memberitahukan kepada pengawal, bahwa dia utusan Rasulullah
untuk menyampaikan surat kepada Kisra. Pengawal memberi tahu Kisra, ada utusan
membawa surat untuk Baginda.
Kisra memanggil segala pembesar supaya hadir ke majlis Kisra. Kemudian Kisra mengizinkan
Abdullah bin Hudzafah masuk menghadap baginda di majlis yang serba gemilang itu.
Abdullah menghadap dengan pakaian sederhana, seperti kesederhanaan orang-orang Islam,
tetapi kepalanya tegak, jalannya tegap. Dalam tulang belulangnya mengalir keperkasaan
Islam. Di dalam hatinya menyala kekuasaan Iman.
Tatkala Kisra melihat Abdullah menghadap, dia memberi isyarat kepada pengawal supaya
menenima surat yang dibawa Abdullah. Tetapi Abdullah menolak memberikannya kepada
pengawal.
Kata Abdullah, “Jangan…! Rasulullah memerintahkan supaya memberikan surat ini langsung
ke tangan Kisra tanpa perantara Aku tidak mau menyalahi perintah Rasulullah”
Kata Kisra kepada pengawal, “Biarkan dia mendekat kepadaku!”
Abdullah menghampiri Kisra, kemudian surat itu diberikannya ketangan Kisra sendiri. Kisra
memanggil sekretaris berkebangsaan ‘Arab, berasal dari Hirah. Kemudian Kisra
memerintahkan sekretaris itu membuka surat tersebut di hadapan baginda dan menyuruh
membacakan isinya:
“Dari Muhammad Rasulullah, kepada Kisra, Maharaja Kisra.
Berbahagialah siapa yang mengikut petunjuk….”
Baru sampai di situ sekretaris membaca surat, api ke marahan menyala di dada Kisra.
Mukanya merah, dan urat lehernya membengkak. Hal itu ialah karena Rasulullah menyebut
nama beliau sendiri lebih dahulu sebelum menuliskan nama Kisra. Lalu Kisra merebut surat
tersebut dari tangan sekretaris, dan menyobeknya tanpa mengetahui isi surat selanjutnya.
Kisra berteriak, “Berani-berani dia menulis seperti itu kepadaku….! padahal dia budakku…!”
Lalu diperintahkannya mengusir Abdullah bin Hudzafah dari majlis.
Abdullah bin Hudzafah keluar dan Majlis Kisra. Dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi
pada dirinya sesudah itu. Mungkin dia akan dibunuh dan mungkin pula akan tetap hidup di
dunia bebas. Tetapi tidak lama Abdullah berpikiran begitu, ia pun berkata kepada dirinya
sendiri, ‘Demi Allah! Aku tidak peduli apa pun yang akan terjadi. Yang penting tugas yang
dibebankan Rasulullah kepadaku telah kulaksanakan dengan baik. Surat Rasulullah telah
kusampaikan ke tangan yang bersangkutan.” Lalu dengan sigap dia melompat naik
kendaraannya, dan berpacu secepat-cepatnya. Setelah kemarahan Kisra Abrawiz agak
mereda, diperintahkannya pula para pengawal supaya menghadapkan Abdullah kembali.
Tetapi Abdullah sudah tidak ada di tempat. Para pengawal mencari Abdullah ke mana mana.
Jejaknya pun tidak dapat mereka temukan. Mereka melacak Abdullah di jalan yang menuju ke
Bersama Dakwah www.muchlisin.blogspot.com
Sirah Sahabat Abdullah bin Hudzafah As-Sahmy
Jazirah ‘Arab. Tetapi Abdullah sudah jauh, sehingga tidak mungkin tersusul oleh mereka.
Setibanya Abdullah di hadapan Rasulullah, dilaporkannya segala kejadian yang dilihat dan
dialaminya, dan perbuatan Kisra menyobek surat beliau.
Mendengar laporan Abdullah, Rasulullah berkata :
“Semoga Allah menyobek-nyobek kerajaannya pula!”
Kisra menulis surat kepada Badzan, wakil baginda di Yaman untuk menangkap Rasulullah,
kemudian membawa beliau ke hadapan Kisra.
Badzan segera melaksanakan perintah Maharaja Persia yang dipertuan. Badzan mengirim
dua orang yang pilihan untuk menangkap Rasulullah, disertai sepucuk surat untuk beliau.
Surat itu memerintahkan Rasulullah agar segera berangkat menghadap Kisra bersama-sama
dengan kedua orang itu tanpa menunggu-nunggu.
Badzan memerintahkan pula kepada kedua utusannya supaya menyelidiki dengan seksama
di mana Rasulullah berada, agar teliti dalam segala urusan, dan supaya melapor kepadanya
sewaktu-waktu.
Kedua utusan Badzan segera berangkat. Maka dalam tempo singkat keduanya telah sampai
di Thaif. Di sana mereka bertemu dengan para pedagang suku Quraisy. Keduanya bertanya
kepada mereka di mana Rasulullah berada. Para pedagang mengatakan, “Muhammad
berada di Yatsrib.”
Kemudian para pedagang itu meneruskan perjalanan mereka ke Makkah. Setibanya di
Makkah, mereka menyiarkan berita gembira kepada penduduk Makkah. Kata mereka,
“Tenanglah kalian…! Kisra akan membunuh si Muhammad, dan melindungi kalian dan
kejahatannya.”
Kedua utusan Badzan terus ke Madinah. Mereka langsung menemui Rasulullah dan
menyampaikan surat Badzan kepada beliau:
Kata mereka, “Kisra, Maharaja Persia mengirim surat kepada Raja kami, Badzan,
memerintahkan kami menemui Anda. Kisra memerintahkan kami supaya membawa Anda
bersama-sama dengan kami menghadap baginda. Jika Anda berkenan pergi bersama-sama
kami, Kisra mengatakan, itulah yang sebaik-baiknya bagi Anda, karena baginda tidak akan
menghukum Anda. Tetapi jika Anda mengabaikan perintah Baginda, Anda tentu sudah tahu,
baginda sangat berkuasa untuk membinasakan Anda!”
Rasulullah SAW. tersenyum-senyum mendengar perkataan utusan Badzan.
Beliau berkata kepada mereka, “Sebaiknya Tuan-tuan beristirahat lebih dahulu sampai besok.
Besok pagi Tuan tuan boleh kembali ke sini!”
Besok pagi kedua utusan itu datang kembali menemui Rasulullah, sesuai dengan janji.
Kata mereka, “Sudah siapkah Anda berangkat bersama-sama dengan kami menemui Kisra?”
Jawab Rasulullah, “Tuan-tuan tidak dapat lagi bertemu dengan Kisra sesudah hari ini. Kisra
telah dibunuh oleh anaknya sendiri Syirwan, pada jam sekian, detik sekian, hari dan bulan
itu…!”
Bersama Dakwah www.muchlisin.blogspot.com
Sirah Sahabat Abdullah bin Hudzafah As-Sahmy
Kedua utusan Badzan melihat wajah Rasulullah SAW dengan mata terbelalak keheranan.
“Sadarkah Anda dengan ucapan Anda?” tanya mereka. “Bolehkan kami tulis ucapan Anda itu
untuk Badzan?”
“Silakan…! Bahkan boleh Tuan-tuan tambahkan, bahwasanya agamaku akan mencapai
seluruh kawasan kerajaan Kisra. Jika Badzan masuk Islam, maka wilayah yang berada di
bawah kekuasaannya akan saya serahkan kepadanya. Kemudian Badzan sendiri kuangkat
menjadi raja bagi rakyatnya.” jawab Rasulullah yakin.
Kedua utusan Badzan meninggalkan Rasulullah SAW. Mereka kembali menghadap Badzan.
Mereka melapor kepada Badzan pertemuannya dengan Rasulullah SAW, dan menyampaikan
pesan beliau kepadanya.
Kata Badzan, “Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, sesungguhnya dia seorang
Nabi. Jika tidak, ucapannya itu hanya mimpi belaka.”
Tidak berapa lama kemudian, tibalah surat Syirwan kepada Badzan.
Kata Syirwan, “Kisra telah saya bunuh. Aku terpaksa membunuhnya karena dia menindas
rakyat kami. Para bangsawan kami habiskan. Wanita-wanita mereka kami tawan. Dan harta
benda mereka kami rampas. Maka bila suratku ini telah engkau baca, kamu dan rakyatmu
hendaklah menyatakan tunduk kepadaku!”
Selesai membaca surat itu, Badzan mengumumkan kepada seluruh rakyatnya, mulai saat ini
dia masuk Islam. Mendengar pengumumannya itu, maka Islam pula semua pembesar dan
orang-orang keturunan Persia yang berada di Yaman.
Itulah kisah pertemuan Abdullah bin Hudzafah As Sahmy dengan Kisra, Maharaja Persia.
Nah…! Bagaimana pula kisah pertemuannya dengan Kaisar Agung, Maharaja Rum?
Pertemuan Abdullah bin Hudzafah As Sahmy dengan Kaisar Agung, terjadi pada masa
pemerintahan Khalifah ‘Umar bin Khaththab Al Faruq. Kisahnya merupakan kisah yang amat
mengagumkan.
Pada tahun kesembilan-belas Hijriyah, Khalifah ‘Umar mengirim angkatan perang kaum
muslimin memerangi kerajaan Rum. Dalam pasukan itü terdapat seorang perwira senior,
Abdullah bin Hudzafah As Sahmy,
Kaisar Rum telah mengetahui keunggulan dan sifat-sifat tentara muslimin. Sumber kekuatan
mereka ialah Iman yang membaja, dan kedalaman aqidah, serta keberanian mereka
menghadang maut. Mati fisabilillah menjadi tekad dan cita-cita hidup mereka.
Kaisar memerintahkan kepada para perwiranya, “Jika kalian berhasil menawan tentara
muslimin, jangan kalian bunuh mereka. Tetapi bawa ke hadapanku!” Ditakdirkan Allah,
Abdullah bin Hudzafah tertawa. Abdullah dibawa mereka ke hadapan Baginda Kaisar.
Kata mereka, “Tawanan ini adalah sahabat Muhammad. Dia termasuk sahabat senior, dari
kelompok yang pertama-tama masuk Islam. Dia tertawan, lalu kami bawa ke hadapan
Paduka.”
Lama juga kaisar memperhatikan Abdullah bin Hudzafah. Sesudah itu baru dia berkata, “Saya
Bersama Dakwah www.muchlisin.blogspot.com
Sirah Sahabat Abdullah bin Hudzafah As-Sahmy
hendak menawarkan sesuatu kepada engkau.”
“Apa yang hendak Anda tawarkan?” tanya Abdullah.
‘Maukah engkau masuk agama Nasrani? Jika engkau mau, saya bebaskan engkau, kemudian
saya beri pula hadiah besar,” kata Kaisar.
Abdullah bernafas dalam-dalam, lalu menjawab:
‘Yaah …., aku lebih suka mati seribu kali daripada menerima tawaran Anda,” kata Abdullah
mantap.
Kata Kaisar, “Saya lihat engkau seorang perwira yang pintar. Jika engkau mau menerima
tawaranku, saya angkat engkau menjadi pembesar kerajaan, dan saya bagi kekuasaan saya
dengan engkau.”
Abdullah yang diborgol itu tersenyum. Kemudian ia berkata: “Demi Allah! Seandainya Anda
berikan kepadaku semua kerajaan Anda, ditambah dengan semua kerajaan ‘Arab, agar aku
keluar dari agama Muhammad agak sebentar saja, niscayalah aku tidak dapat menerimanya.”
Kata Kaisar, “Kalau begitu, saya bunuh engkau!”
Jawab Abdullah, “Silakan…! Lakukanlah sesuka Anda!”
Abdullah disuruhnya ikat di kayu salib. Kemudian diperintahkannya tukang panah memanah
lengan Abdullah.
Sesudah itu Kaisar bertanya, “Bagaimana…? Maukah engkau masuk agama Nasrani?”
“Tidak!” kata Abdullah.
‘Panah kakinya!” perintah Kaisar.
Maka dipanah orang pula kakinya.
“Nah! Maukah engkau pindah agama?” tanya Kaisar membujuk
Abdullah tetap menolak.
Sesudah itu Kaisar menyuruh hentikan siksaan dengan panah, lalu Abdullah diturunkan dari
tiang salib. Kemudian Kaisar meminta sebuah kuali besar, lalu dituangkan minyak ke dalam
dan diletakkan orang di atas tungku berapi. Setelah minyak menggelegak, Kaisar meminta
dua orang tawanan muslim. Seorang di antaranya disuruhnya lemparkan ke dalam kuali.
Sebentar kemudian, daging orang itu hancur sehingga keluar tulang belulangnya.
Kaisar menoleh kepada Abdullah, dan membujuknya masuk Nasrani. Tetapi Abdullah menolak
lebih keras. Setelah Kaisar putus asa, diperintahkannya melemparkan Abdullah ke dalam
kuali. Ketika pengawal menggiring Abdullah ke dekat kuali, Abdullah menangis.
Para pengawal mengatakan kepada Kaisar, ‘Dia menangis, Paduka!”
Kaisar menduga, tentu Abdullah menangis karena takut mati.
Kata Kaisar, “Bawa dia kembali kepadaku!”
Abdullah berdiri kembali di hadapan Kaisar.
Bersama Dakwah www.muchlisin.blogspot.com
Sirah Sahabat Abdullah bin Hudzafah As-Sahmy
Kaisar menanyakan apakah Abdullah mau menjadi Nasrani. Dengan Iman yang kokoh kuat,
Abdullah tetap menolak bujukan Kaisar.
Kata Kaisar, “Celaka…! Mengapa engkau menangis?”
Jawab Abdullah, “Aku menangis karena keinginanku selama ini tidak terkabul. Aku ingin mati
di medan tempur perang fisabiillah. Ternyata kini, aku akan mati konyol dalam kuali.”
“Maukah engkau mencium kepalaku? Nanti kubebaskan engkau!” kata Kaisar dengan
angkuh.
Jawab Abdullah, “bebas beserta semua kawan-ka wanku tawanan muslim?”
Jawab Kaisar, “Ya, saya bebaskan engkau berserta semua tawanan muslim.”
Abdullah berpikir sejenak, “Aku harus mencium kepala musuh Allah. Tetapi aku dan kawankawan
yang tertawan bebas. Ah.. tidak ada ruginya.”
Abdullah menghampiri Kaisar, lalu diciumnya kepala musuh Allah itu.
Sesudah itu Kaisar memerintahkan para pengawal mengumpulkan semua tawanan muslim
untuk dibebaskan dan diserahkan kepada Abdullah bin Hudzafah.
Setibanya ‘Abduflah bin Hudzafah di hadapan Khalifah ‘Umar bin Khaththab, dilaporkannya
kepada beliau semua yang dialaminya serta pembebasannya berikut sejumlah tentara
muslimin yang tertawan. Khalifah sangat gembira mendengarkan laporan Abdullah. Ketika
Khalifah memeriksa prajurit muslim yang tertawan dan bebas bersama-sama Abdullah, beliau
berkata, “Sepantasnyalah setiap orang muslim mencium kepala Abdullah bin Hudzafah.
Nah…! Aku yang memulai….!”
Khalifah berdiri seketika itu juga, lalu mencium kepala Abdullah bin Hudzafah As

No comments:

Post a Comment