1. Tentara terdepanmu adalah keikhlasan
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang
yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan
kebaikan??.."(QS. An Nisaa: 125)
Tentara
Terdepanmu adalah Keikhlasan. Istilah ini sangat tepat karena memang
keikhlasan adalah garda terdepan kita untuk menghadapi segala rintangan di
jalan da’wah. Keikhlasan membuat kita tak kenal lelah dan tak kenal henti dalam
menyampaikan Al Haq karena tujuan kita hanya satu, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika tujuan kita menyimpang kepada yang sifatnya duniawi, maka saat tujuan itu
tak tercapai, kita akan mudah kecewa dan berbalik ke belakang. Bila berda?wah
lantaran mengharapkan apa-apa yang ada pada manusia, berupa penghormatan,
penghargaan, pengakuan eksistensi diri, popularitas, jabatan, pengikut dan
pujian, maka hakekatnya kita telah berubah menjadi hamba manusia, bukan lagi
hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kisah yang sangat menarik ketika
Khalid bin Walid selaku panglima perang yang notabene sangat berjasa bagi kaum
muslimin, tiba-tiba diturunkan jabatannya menjadi prajurit biasa, oleh Khalifah
Umar bin Khattab. Namun Umar melakukan itu karena melihat banyaknya kaum
muslimin yang mengelu-elukan kepahlawanan dan cenderung mengkultuskan Khalid,
sehingga Umar khawatir hal itu akan membuat Khalid menjadi ujub (bangga diri),
yang dapat berakibat hilangnya pahala amal-amal Khalid di hadapan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Dan subhanallah, Khalid tidak marah ataupun kecewa karena
jabatannya diturunkan, bahkan ia tetap turut berperang di bawah komando
pimpinan yang baru. Ketika ditanya tentang hal itu, Khalid menjawab dengan
tenang,
"Aku
berperang karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena Umar. "2. Harus Tahan Beramal Jama’i
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada Tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai??" (QS. Ali Imran: 103)
Beramal jama’i itu jalannya tak
selalu datar, ada kalanya mendaki, karena dalam beramal jama’i, kita akan
menemui berbagai macam sifat manusia, berbagai pemikiran, fitnah dari luar, pun
dari dalam. Namun bagaimanapun buruknya kondisi jamaah, tetap saja amal jama’i
itu lebih baik dan lebih utama daripada sendirian.
Ali
bin Abi Thalib berkata, "Keruhnya amal jama’i, lebih aku sukai daripada
jernih sendirian."
Kekuatan utama kita adalah persatuan
kaum muslimin. Sesungguhnya kekalahan kita saat ini bukanlah karena kehebatan
bersatunya kaum kuffar, tetapi karena tidak bersatunya kaum muslimin.
"Kejahatan yang terorganisir akan mampu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir."
Orang-orang yang memisahkan diri dan
lari dari barisan da’wah, sesungguhnya tidak akan membuat barisan da’wah itu
melemah atau kehilangan kader, justru barisan itu akan semakin solid dan kokoh
karena mengindikasikan yang tergabung di dalamnya, tinggallah orang-orang yang
teruji memiliki jiwa-jiwa pemersatu. Inilah sebuah sunnatullah yang senantiasa
berlaku untuk membedakan antara loyang dan emas. Jadi, kita harus tahan beramal
jama’i !
3.
Bermanfaat bagi orang lainRasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain."(HR. Qudhy dari Jabir).
Bila kita melihat ukhuwah dalam
barisan da’wah ternyata belum seindah seperti shirah yang kita baca, atau
ternyata hijab di lembaga da’wah amat cair, maka adalah sangat wajar bila kita
kecewa. Tetapi kekecewaan itu janganlah dipelihara, jangan justru membuat kita
bersungut-sungut, menuntut lebih, berkeluh kesah, apatah lagi sampai memisahkan
diri dari barisan. Mari ubah sudut pandang, dan kita tekankan bahwa segala
kekurangan yang ada pada barisan da’wah adalah justru menjadi kewajiban kita
untuk membenahinya.
"Jangan
banyak menuntut, jadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain."4. Penuhi hak sesama muslim
- Saling menasehati. (QS. Al Ashr: 1-3)
Kekurangan dalam diri qiyadah,
jundi, lembaga, manajemen, hendaknya disampaikan dalam bentuk nasehat. Untuk
yang sifatnya pribadi - sebagai adab nasehat- adalah disampaikan tidak dalam
forum, tetapi disampaikan pribadi, berdua saja, dalam rangka saling berpesan
untuk nasehat menasehati dalam menetapi kesabaran. Karena bila kita memberi
nasehat dihadapan orang banyak, maka itu sama saja dengan membuka aibnya dan
menjatuhkannya, apalagi bila sampai melakukan sidang layaknya menghakimi
terdakwa. Sangatlah tipis perbedaan antara orang yang ingin menasehati karena
landasan kasih sayang, dengan orang yang menasehati karena sekaligus ingin
membuka aib saudaranya, sehingga membuat diri yang dinasehati seakan lebih
rendah, dari yang menasehati.
- Lemah lembut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang salah
satu ciri jundullah (tentara Allah), yaitu: yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mu’min " (QS. Al Maidah: 54)- Jangan dengki. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda,"Takutlah kamu semua akan sifat dengki sebab sesungguhnya dengki itu memakan segala kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."(Riwayat Abu Daud dari Abi Hurairah)
- Jangan suudzon. Allah Subhanahu wa Ta?ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain"(QS. Al Hujuurat: 12)
- Berendah Hatilah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, "Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman." (QS. An Naml: 215)
- Jangan Berbantahan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, "..dan Janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menjadikan kamu gentar, dan hilang kekuatanmu??."(QS. Al Anfaal:46). Berbantah-bantahan sesama kita, padahal musuh di luar, sudah siap menerkam.
5. Musuh terbesar kita adalah syetan
Musuh kita bukanlah seorang muslim, apatah lagi sesama
aktivis. Musuh terbesar kita adalah iblis dan bala tentaranya. Mereka
senantiasa akan merusak ukhuwah kita dari kiri, kanan, depan, dan belakang (QS.
Al A?raf: 17).
Hendaknya kita senantiasa ingat akan
janji iblis untuk menyesatkan hamba-hamba-Nya (QS. Al Israa:62). Ini akan
menjadi landasan kita untuk selalu menatap saudara kita dengan penuh kasih
sayang karena boleh jadi saat saudara kita menyakiti kita, adalah lantaran
banyaknya syetan di sekelilingnya yang terus menerus membisikinya untuk
membenci kita, demikian pula sebaliknya, bisa jadi syetan menghembuskan
prasangka-prasangka di dalam benak kita. Maka, mari kita jadikan syetan sebagai
musuh bersama.
6.
Sukses da’wah bukanlah karena kehebatan kitaAllah Subhanahu wa Ta?ala berfirman, "Maka, bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka.Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar?" (Al Anfal: 1)
Ayat ini menyatakan bahwa kemenangan dalam medan peperangan, pun dalam suksesnya da’wah, bukanlah karena kepintaran kita dalam membuat strategi da’wah, tetapi tak lebih karena pertolongan dari Allah. Jika tidak, maka apa bedanya kita dengan Qarun yang berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku"(QS. Al Qashash:78). Dan kita lihat bagaimana ending kehidupan dari Qarun yang ditenggelamkan Allah Subhnahu wa Ta’ala ke perut bumi.
7. Mujahid itu teman kita sendiri
Mujahid dan mujahidah itu
sesungguhnya ada di sekeliling kita, di dekat kita. Ya, bisa jadi mereka adalah
teman-teman kita sendiri. Maka sangat aneh bila kita kerap kali menitikkan air
mata saat ingat mujahid-mujahid di Palestina, Iraq, Chechnya, Afghanistan, dan
lain-lain, tetapi dengan saudara-saudara mujahid di sesama lembaga saja, kita
tidak bisa berlapang dada.
8.
Ingat Kematian Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Perbanyaklah kalian mengingat mati, sebab seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Allah akan menghidupkan hatinya, dan Allah akan meringankan baginya rasa sakit saat kematian."
9. Doakan di shalat malam kita
Doa adalah senjata orang-orang
beriman dan bila kita mendoakan saudara muslim kita tanpa sepengetahuannya,
maka para malaikat akan berkata, "untuk kamu juga". Rasulullah
Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Tidak seorang Muslim pun
mendoakan kebaikkan bagi saudaranya sesama Muslim yang berjauhan melainkan
malaikat mendoakannya pula. Mudah-mudahan engkau beroleh kebaikkan pula." (HR.
Muslim)
Menyatakan diri sebagai orang
beriman, sebagai seorang du’at (pengemban da’wah), sebagai seorang aktivis
da’wah, sesungguhnya mengandung konsekuensi yang tidak ringan. Yaitu kita
senantiasa akan mendapat ujian keimanan dari sang pemilik 99 Al Asmaul Husna.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
"Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum
mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara Kamu" (QS.
9:16).
Dan di surat lainnya, "Apakah kamu mengira kamu
akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan serta macam-macam cobaan." (QS. Al-Baqarah:214)
Tersenyumlah
dalam duka dan tenanglah dalam suka."Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. " (QS. Ali Imran: 139).
Sumber : Hudzaifah.org
No comments:
Post a Comment